Pandangan Islam Tentang Manusia Pertama
Jamaah Muslimin Muslimat Rahimakumullah..
Oleh: Team DKM Al Ikhlas Pamoyanan
Sepertiga dari isi Al-Qur’an berupa kisah atau cerita. Kisah
yang sarat makna, menggugah jiwa, menghidupkan rohani, menambah iman,
menumbuhkan optimisme, dan mendorong untuk beramal.
Insya
Allah kajian ini secara berkesinambungan akan memuat qashashul Qur’an atau
kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mulai dari kisah Nabi Adam alaihis salam sampai
kisah para sahabat yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Untuk kesempatan kali
pertama ini kami persembahkan kisah Nabiyullah Adam alaihis salam. Selamat
menyimak.
Penciptaan
Makhluk
Allah
swt menciptakan bumi dalam dua hari. Allah swt menjadikan gunung-gunung berdiri
kokoh di atasnya sekaligus memberkahinya. Dan dalam hitungan empat hari Allah
swt telah menentukan bagian rezki masing-masing. Kemudian Allah swt bersemayam
di atas langit yang terdiri dari dukhan atau asap. Kemudian Allah swt berfirman
kepada langit dan bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka cita atau terpaksa. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka cita.”
Fushshilat: 9-12
Kemudian
Allah swt bersemayam di atas ’Arasy. Allah swt menundukkan matahari dan bulan
yang masing-masing beredar sesuai porosnya. Ar Ra’d: 2
Kemudian
Allah swt menciptakan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa bertasbih
mengagungkan Dzat-Nya, mensucikan Nama-Nya, dan mengikhlaskan peribadatan hanya
kepada-Nya.
Kemudian
kehendak Allah swt terjadi. Hikmah Allah swt berlaku. Yaitu Allah swt
berkehendak menciptakan Adam alaihis salam dan keturunannya, agar mereka
menempati bumi dan memakmurkannya. Untuk itu Allah swt memberitahu para
malaikat, bahwa Allah swt akan menciptakan makhluk lain yang akan hidup di muka
bumi, mengembangkan keturunannya, memakan tanaman-tanamannya, mengeksploitasi
kandungan perutnya, dan sebagian mereka dijadikan pemimpin bagi sebagian yang
lain.
Malaikat
adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Allah swt
telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Allah swt memberi taufik
kepada mereka agar senantiasa dalam keridhaan-Nya. Atas dasar itu lah para
malaikat khawatir seandainya Allah swt menciptakan makhluk lain. Mereka ragu
kalau makhluk itu mengingkari Tuhannya. Atau salah satu di antara mereka
menyimpang dari ajaran-Nya. Malaikat berkomentar, “Bagaimana mungkin Engkau
menciptakan selain kami? Kami senantiasa bertasbih mengagungkan-Mu, mensucikan
nama-Mu. Padahal mereka yang akan Engkau jadikan khalifah di muka bumi, pasti
akan berselisih tentang apa yang membawa manfaat bagi mereka, berselisih
tentang kebenaran. Oleh karena itu mereka akan membuat kerusakan, saling
menumpahkan darah, dan saling membunuh nyawa yang tak berdosa.”
Mereka
berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Al-Baqarah: 30
Mereka
berkata demikian hanya untuk menghilangkan keraguan, sekaligus meyakinkan bahwa
mereka mengharap kepada Allah swt agar merekalah yang dijadikan pemimpin di
muka bumi. Karena mereka terbukti terlebih dulu menjaga nikmat-nikmat-Nya,
lebih mengetahui hak-hak-Nya. Pertanyaan mereka itu tidak dalam rangka ingkar
terhadap perbuatan Allah swt, bukan karena ragu akan hikmah-Nya, juga bukan karena
menyepelekan khalifah-Nya. Karena para malaikat adalah wali-wali Allah yang
dekat. Mereka hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah
sedikit pun dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Allah
swt menjawab keraguan mereka sekaligus meyakinkan hati mereka.
Tuhan
berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Al-Baqarah: 30
Aku
akan jelaskan kepada kalian hikmah ke-khalifahan Adam Alaihis Salam apa yang
kalian belum ketahui sebelumnya. Maka Aku akan menciptakan apa yang Aku
kehendaki. Aku menjadikan pemimpin siapa yang Aku kehendaki. Dan kalian akan
tahu rahasia itu semua.
Dan
kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku Telah menyempurnakan
kejadiannya, dan Telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.” Al-Hijr: 27-28
Malaikat
Bersujud Kepada Adam
Kemudian
Allah swt memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam alaihis salam. Serta
merta mereka melaksanakan perintah Tuhan mereka dengan penuh ketundukan. Mereka
menghadap Adam alaihis salam sambil mengagungkan. Mereka bersujud penuh
penghormatan, kecuali Iblis.
Malaikat
sebelumnya menyangka bahwa mereka lebih luas ilmunya, lebih paham dan lebih
mengetahui segala sesuatu dibandingkan Adam alaihis salam. Oleh sebab itu,
Allah swt menganugerahi ilmu-Nya kepada Adam alaihis salam. Mencurahkan nur-Nya
kepadanya. Allah swt mengajarkan kepadanya semua nama-nama yang wujud.
Dan
dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”
Al-Baqarah: 31.
Perintah
itu adalah dalam rangka untuk menampakkan kelemahan para malaikat. Untuk
membuktikan sedikitnya ilmu mereka. Agar mereka mengakui rahasia Allah swt,
yaitu bahwa Adam alaihis salam lebih mulia, dan ke-khalifahannya di muka bumi
benar tak terbantahkan.
Para
Malaikat mengakui kesalahan dan kekurangannya, ”Mereka menjawab, “Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Al-Baqarah: 32
Ketika
Adam alaihis salam telah memperoleh pancaran nur Tuhannya. Ketika itu Allah swt
memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan kepada Malaikat akan kelemahan dan
kekurangan mereka dalam hal pengetahuan. Itu menjadi bukti bahwa dirinya lebih
baik dan lebih pantas menjadi khalifah di muka bumi dibandingkan mereka. Allah
swt berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.”
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan?” Al-Baqarah: 33
Permusuhan
Abadi Iblis
Iblis
tidak mau bersujud kepada Adam alaihis salam. Iblis telah mengingkari perintah
Tuhannya. Menolak lagi sombong. Allah berfirman, “Hai Iblis, apa sebabnya kamu
tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Al-Hijr: 31
Iblis
menyangka materi penciptaannya lebih baik dari Adam. Ia menyangka tidak ada
seorang pun yang menandingi ketinggian kedudukannya. Iblis menjawab, “Aku
sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Al-Hijr: 32
Allah
swt pun mengganjar pembangkangan Iblis, “Turunlah kamu dari surga itu; Karena
kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah,
Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Al-A’raf: 13
Iblis
meminta kepada Allah swt agar diberi tenggat waktu untuk hidup sampai hari
kiamat. “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Al-A’raf: 15
Namun
ketika permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah swt. Keinginannya untuk diberi
waktu sampai hari qiyamat terpenuhi. Iblis bukannya bersyukur, justru membalas
kemurahan Allah swt itu dengan pengingkaran, dan kekafiran. Iblis berkata,
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.
Al-A’raf: 16 – 17
Allah
swt telah melaknat Iblis. Di saat yang sama Allah swt memuliakan Adam alaihis
salam dan menempatkannya di surga-Nya. Allah swt mewahyukan kepadanya agar
senantiasa ingat nikmat-Nya yang sangat melimpah. Yaitu nikmat bahwa Allah swt
mencipta Adam dari fitrah-Nya. Allah swt meniupkan ruh-Nya ke dalam jasadnya.
Allah swt memerintahkan kepada Malaikat bersujud kepadanya. Allah swt
mencurahkan pancaran ilmu-Nya. Maka wahai Adam, inilah rumah abadi, Aku
sediakan untukmu sebagai tempat tinggal. Jika kamu mentaati-Ku, maka Aku akan
balas dengan kebaikan yang berlipat dan akan Aku kekalkan kamu di surga-Ku.
Namun jika kamu mengingkari janji-Ku, akan Aku keluarkan kamu dari rumah-Ku dan
akan Aku adzab kamu dengan neraka-Ku. Kemudian wahai Adam, jangan lupa bahwa
Iblis itu musuh yang nyata bagimu dan istrimu, maka sekali-kali jangan sampai
Iblis memperdaya kamu dan mengeluarkan kamu berdua dari surga-Ku.
Allah
swt membolehkan bagi Adam dan istrinya berbagai jenis makanan dan buah-buahan.
Dan melarang keduanya untuk mendekati satu pohon saja dibandingkan banyaknya
pepohonan lain yang dibolehkan.
Dan
kami berfirman, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zhalim.” Al-Baqarah: 35
Adam
alaihis salam berdiam di surga. Segala kenikmatan surgawi telah dirasakannya.
Melihat
hal itu, Iblis cemburu. Iblis bertekad untuk mengoyak singgasana kebahagiaan
Adam, dan merampas kenikmatannya. Bukankah Adam yang menyebabkan dirinya
menjadi hina, jauh dari rahmat Allah swt dan dikeluarkan dari surga?
Iblis
membuat strategi untuk balas dendam. Yaitu dengan berpura-pura mengakui
keutamaan Adam alaihis salam dibanding dirinya. Iblis mendekati surga dan
membisiki Adam dengan sangat halus. Iblis meyakinkan bahwa dirinya adalah teman
setia, tulus dalam memberi nasihat. Iblis berupaya mengambil hatinya dengan
segala cara. Semua cara ditempuhnya. Iblis memperlihatkan kecintaan kepadanya.
Iblis berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang
kekal (dalam surga)”. Al-A’raf: 20
Adam
dan istrinya tetap teguh pendirian, dan tidak mau mengikuti rayuannya. Namun
Iblis terus merayunya. Iblis pun menggunakan jurus sumpahnya, ”Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang
yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” Al-A’raf: 21
Akhirnya
Adam alaihis salam dan istrinya khilaf, jatuh luluh di hadapan rayuan Iblis,
tertipu sumpahnya, terpedaya janji manisnya. ”Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah
kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka,
“Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan
kepadamu, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
Al-A’raf: 22
Adam
alaihis salam dan istrinya sadar telah melakukan kesalahan besar. Keduanya
menyesal, dan langsung bertaubat kepada Allah swt. Keduanya berkata, “Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.” Al-A’raf: 23
Allah
swt menerima taubat keduanya, mengampuni kesalahannya. Allah swt memerintahkan
keduanya turun dari surga. Allah swt berpesan, bahwa antara manusia dan Iblis
ada permusuhan yang abadi. Agar berhati-hati terhadap tipu dayanya. Dan agar
tidak mengikuti bisikannya.
Dunia
Tempat Ujian
Allah
swt memberitahu kepada Adam alaihis salam dan keturunannya, bahwa telah selesai
masa kenikmatan abadi, telah berlalu masa bersenang-senang. Di dunia adalah
saatnya berusaha, bekerja, beramal dan menentukan pilihan hidup. Antara memilih
meraih hidayah atau kesesatan, antara iman atau kekafiran, antara bahagia atau
celaka… dan manusia diberi kekuasaan untuk memilih.
”Maka
jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. QS.. Thaahaa: 123
Manusia
yang bersih aqidahnya, benar ibadahnya, ikhlas amalnya, sekali-kali setan tidak
akan kuasa menggodanya. Adapun manusia yang berpaling dari dzikrullah, melampui
batas syariat-Nya, maka baginya kehidupan yang sempit, dan tersesat jalan,
meskipun mereka merasa perbuatannya baik.
Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.” Thaahaa: 124
Semoga
kita termasuk orang-orang yang diberi hidayah Allah swt untuk senantiasa dalam
kebaikan dan keridhaan-Nya. Allahu A’lam.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar