DKM AL-IKHLAS PAMOYANAN

Blog Dewan Kemakmuran Mesjid Al Ikhlas Pamoyanan Ds. Cikitu Kec. Pacet Kab.Bandung 40385

>

Jumat, 09 Februari 2018

Pandangan Islam Tentang Manusia Pertama



Jamaah Muslimin Muslimat Rahimakumullah..
Oleh: Team DKM Al Ikhlas Pamoyanan

Sepertiga dari isi Al-Qur’an berupa kisah atau cerita. Kisah yang sarat makna, menggugah jiwa, menghidupkan rohani, menambah iman, menumbuhkan optimisme, dan mendorong untuk beramal.
Insya Allah kajian ini secara berkesinambungan akan memuat qashashul Qur’an atau kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mulai dari kisah Nabi Adam alaihis salam sampai kisah para sahabat yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Untuk kesempatan kali pertama ini kami persembahkan kisah Nabiyullah Adam alaihis salam. Selamat menyimak.
Penciptaan Makhluk
Allah swt menciptakan bumi dalam dua hari. Allah swt menjadikan gunung-gunung berdiri kokoh di atasnya sekaligus memberkahinya. Dan dalam hitungan empat hari Allah swt telah menentukan bagian rezki masing-masing. Kemudian Allah swt bersemayam di atas langit yang terdiri dari dukhan atau asap. Kemudian Allah swt berfirman kepada langit dan bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka cita atau terpaksa. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka cita.” Fushshilat: 9-12
Kemudian Allah swt bersemayam di atas ’Arasy. Allah swt menundukkan matahari dan bulan yang masing-masing beredar sesuai porosnya. Ar Ra’d: 2
Kemudian Allah swt menciptakan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa bertasbih mengagungkan Dzat-Nya, mensucikan Nama-Nya, dan mengikhlaskan peribadatan hanya kepada-Nya.
Kemudian kehendak Allah swt terjadi. Hikmah Allah swt berlaku. Yaitu Allah swt berkehendak menciptakan Adam alaihis salam dan keturunannya, agar mereka menempati bumi dan memakmurkannya. Untuk itu Allah swt memberitahu para malaikat, bahwa Allah swt akan menciptakan makhluk lain yang akan hidup di muka bumi, mengembangkan keturunannya, memakan tanaman-tanamannya, mengeksploitasi kandungan perutnya, dan sebagian mereka dijadikan pemimpin bagi sebagian yang lain.
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Allah swt telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Allah swt memberi taufik kepada mereka agar senantiasa dalam keridhaan-Nya. Atas dasar itu lah para malaikat khawatir seandainya Allah swt menciptakan makhluk lain. Mereka ragu kalau makhluk itu mengingkari Tuhannya. Atau salah satu di antara mereka menyimpang dari ajaran-Nya. Malaikat berkomentar, “Bagaimana mungkin Engkau menciptakan selain kami? Kami senantiasa bertasbih mengagungkan-Mu, mensucikan nama-Mu. Padahal mereka yang akan Engkau jadikan khalifah di muka bumi, pasti akan berselisih tentang apa yang membawa manfaat bagi mereka, berselisih tentang kebenaran. Oleh karena itu mereka akan membuat kerusakan, saling menumpahkan darah, dan saling membunuh nyawa yang tak berdosa.”
Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Al-Baqarah: 30
Mereka berkata demikian hanya untuk menghilangkan keraguan, sekaligus meyakinkan bahwa mereka mengharap kepada Allah swt agar merekalah yang dijadikan pemimpin di muka bumi. Karena mereka terbukti terlebih dulu menjaga nikmat-nikmat-Nya, lebih mengetahui hak-hak-Nya. Pertanyaan mereka itu tidak dalam rangka ingkar terhadap perbuatan Allah swt, bukan karena ragu akan hikmah-Nya, juga bukan karena menyepelekan khalifah-Nya. Karena para malaikat adalah wali-wali Allah yang dekat. Mereka hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah sedikit pun dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Allah swt menjawab keraguan mereka sekaligus meyakinkan hati mereka.
Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al-Baqarah: 30
Aku akan jelaskan kepada kalian hikmah ke-khalifahan Adam Alaihis Salam apa yang kalian belum ketahui sebelumnya. Maka Aku akan menciptakan apa yang Aku kehendaki. Aku menjadikan pemimpin siapa yang Aku kehendaki. Dan kalian akan tahu rahasia itu semua.
Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Al-Hijr: 27-28
Malaikat Bersujud Kepada Adam
Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam alaihis salam. Serta merta mereka melaksanakan perintah Tuhan mereka dengan penuh ketundukan. Mereka menghadap Adam alaihis salam sambil mengagungkan. Mereka bersujud penuh penghormatan, kecuali Iblis.


Malaikat sebelumnya menyangka bahwa mereka lebih luas ilmunya, lebih paham dan lebih mengetahui segala sesuatu dibandingkan Adam alaihis salam. Oleh sebab itu, Allah swt menganugerahi ilmu-Nya kepada Adam alaihis salam. Mencurahkan nur-Nya kepadanya. Allah swt mengajarkan kepadanya semua nama-nama yang wujud.
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Al-Baqarah: 31.
Perintah itu adalah dalam rangka untuk menampakkan kelemahan para malaikat. Untuk membuktikan sedikitnya ilmu mereka. Agar mereka mengakui rahasia Allah swt, yaitu bahwa Adam alaihis salam lebih mulia, dan ke-khalifahannya di muka bumi benar tak terbantahkan.
Para Malaikat mengakui kesalahan dan kekurangannya, ”Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Al-Baqarah: 32
Ketika Adam alaihis salam telah memperoleh pancaran nur Tuhannya. Ketika itu Allah swt memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan kepada Malaikat akan kelemahan dan kekurangan mereka dalam hal pengetahuan. Itu menjadi bukti bahwa dirinya lebih baik dan lebih pantas menjadi khalifah di muka bumi dibandingkan mereka. Allah swt berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Al-Baqarah: 33
Permusuhan Abadi Iblis
Iblis tidak mau bersujud kepada Adam alaihis salam. Iblis telah mengingkari perintah Tuhannya. Menolak lagi sombong. Allah berfirman, “Hai Iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Al-Hijr: 31
Iblis menyangka materi penciptaannya lebih baik dari Adam. Ia menyangka tidak ada seorang pun yang menandingi ketinggian kedudukannya. Iblis menjawab, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Al-Hijr: 32
Allah swt pun mengganjar pembangkangan Iblis, “Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Al-A’raf: 13
Iblis meminta kepada Allah swt agar diberi tenggat waktu untuk hidup sampai hari kiamat. “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Al-A’raf: 15
Namun ketika permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah swt. Keinginannya untuk diberi waktu sampai hari qiyamat terpenuhi. Iblis bukannya bersyukur, justru membalas kemurahan Allah swt itu dengan pengingkaran, dan kekafiran. Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. Al-A’raf: 16 – 17
Allah swt telah melaknat Iblis. Di saat yang sama Allah swt memuliakan Adam alaihis salam dan menempatkannya di surga-Nya. Allah swt mewahyukan kepadanya agar senantiasa ingat nikmat-Nya yang sangat melimpah. Yaitu nikmat bahwa Allah swt mencipta Adam dari fitrah-Nya. Allah swt meniupkan ruh-Nya ke dalam jasadnya. Allah swt memerintahkan kepada Malaikat bersujud kepadanya. Allah swt mencurahkan pancaran ilmu-Nya. Maka wahai Adam, inilah rumah abadi, Aku sediakan untukmu sebagai tempat tinggal. Jika kamu mentaati-Ku, maka Aku akan balas dengan kebaikan yang berlipat dan akan Aku kekalkan kamu di surga-Ku. Namun jika kamu mengingkari janji-Ku, akan Aku keluarkan kamu dari rumah-Ku dan akan Aku adzab kamu dengan neraka-Ku. Kemudian wahai Adam, jangan lupa bahwa Iblis itu musuh yang nyata bagimu dan istrimu, maka sekali-kali jangan sampai Iblis memperdaya kamu dan mengeluarkan kamu berdua dari surga-Ku.
Allah swt membolehkan bagi Adam dan istrinya berbagai jenis makanan dan buah-buahan. Dan melarang keduanya untuk mendekati satu pohon saja dibandingkan banyaknya pepohonan lain yang dibolehkan.
Dan kami berfirman, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” Al-Baqarah: 35
Adam alaihis salam berdiam di surga. Segala kenikmatan surgawi telah dirasakannya.
Melihat hal itu, Iblis cemburu. Iblis bertekad untuk mengoyak singgasana kebahagiaan Adam, dan merampas kenikmatannya. Bukankah Adam yang menyebabkan dirinya menjadi hina, jauh dari rahmat Allah swt dan dikeluarkan dari surga?
Iblis membuat strategi untuk balas dendam. Yaitu dengan berpura-pura mengakui keutamaan Adam alaihis salam dibanding dirinya. Iblis mendekati surga dan membisiki Adam dengan sangat halus. Iblis meyakinkan bahwa dirinya adalah teman setia, tulus dalam memberi nasihat. Iblis berupaya mengambil hatinya dengan segala cara. Semua cara ditempuhnya. Iblis memperlihatkan kecintaan kepadanya. Iblis berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Al-A’raf: 20
Adam dan istrinya tetap teguh pendirian, dan tidak mau mengikuti rayuannya. Namun Iblis terus merayunya. Iblis pun menggunakan jurus sumpahnya, ”Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” Al-A’raf: 21
Akhirnya Adam alaihis salam dan istrinya khilaf, jatuh luluh di hadapan rayuan Iblis, tertipu sumpahnya, terpedaya janji manisnya. ”Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Al-A’raf: 22
Adam alaihis salam dan istrinya sadar telah melakukan kesalahan besar. Keduanya menyesal, dan langsung bertaubat kepada Allah swt. Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” Al-A’raf: 23
Allah swt menerima taubat keduanya, mengampuni kesalahannya. Allah swt memerintahkan keduanya turun dari surga. Allah swt berpesan, bahwa antara manusia dan Iblis ada permusuhan yang abadi. Agar berhati-hati terhadap tipu dayanya. Dan agar tidak mengikuti bisikannya.
Dunia Tempat Ujian
Allah swt memberitahu kepada Adam alaihis salam dan keturunannya, bahwa telah selesai masa kenikmatan abadi, telah berlalu masa bersenang-senang. Di dunia adalah saatnya berusaha, bekerja, beramal dan menentukan pilihan hidup. Antara memilih meraih hidayah atau kesesatan, antara iman atau kekafiran, antara bahagia atau celaka… dan manusia diberi kekuasaan untuk memilih.
”Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. QS.. Thaahaa: 123
Manusia yang bersih aqidahnya, benar ibadahnya, ikhlas amalnya, sekali-kali setan tidak akan kuasa menggodanya. Adapun manusia yang berpaling dari dzikrullah, melampui batas syariat-Nya, maka baginya kehidupan yang sempit, dan tersesat jalan, meskipun mereka merasa perbuatannya baik.
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Thaahaa: 124
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi hidayah Allah swt untuk senantiasa dalam kebaikan dan keridhaan-Nya. Allahu A’lam.

Semoga bermanfaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar